MAKALAH PENGAMATAN


MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN
INSTRUMEN PENILAIAN  NON TES BERBASIS PENGAMATAN
Disusun Oleh :
Ardi Wibowo                          (121134018)
Dea Fradistya Ritmawanti      (121134038)
Aldika Sabdarey                     (121134223)
Siti Mabruroh                          (121134227)
Mespin Zulian Samaloisa        (121134244)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sebagai calon pendidik yang baik, hendaknya kita paham mengenai tahapan atau proses pembelajaran yang akan dilakukan nantinya. Tahapan atau proses pembelajaran dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setiap tahapan ini berkesinambungan dan tidak dapat berdiri sendiri. Selain itu calon pendidik juga harus paham mengenai persiapan pembelajaran hingga penilaian yang akan dilakukan. Dengan ini penilaian sangatlah penting untuk dipelajari. Sebab penilaian bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaiaan belajar siswa, apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
Penilaian itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu penilaian tes dan non tes. Penilaian tes meliputi tipe pilihan ganda, tipe jawaban singkat, tipe pasangan, tipe benar salah dan tipe esai. Sedangkan penilaian non tes meliputi kuisioner, pengamatan,wawancara dan portofolio. Mengingat pentingnya penilaian dalam proses pembelajaran, untuk itu melalui makalah ini, kami akan membahas mengenai penilaian non tes berbabis perilaku yaitu pengamatan.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apakah definisi dan karakteristik instrumen evaluasi tipe pengamatan?
2.    Apa kelebihan dan kelemahan instrumen evaluasi tipe pengamatan?
3.    Bagaimana prinsip-prinsip pembuatan instrumen evaluasi tipe pengamatan?






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Instumen Evaluasi Tipe Pengamatan
Menurut (Masidjo,1995:hal.59) observasi adalah suatu teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat. Sedangkan menurut (Sudjana,1990:hal.84-85) observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi bantuan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dalam proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Menurut (Sudjana,1990:hal. 85) ada tiga jenis observasi :
1.    Observasi langsung
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2.    Observasi tidak langsung
Observasi tidak langsung dilaksanakan menggunakan alat seperti mikroskop untuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3.    Observasi partisipasi berarti bahwa pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
B.       Karakteristik Instrumen Evaluasi Tipe Pengamatan
Di sini murid dituntut mendemonstrasikan aneka tingkah laku atau aneka proses sebagai hasil belajarnya, yang bisa diamati secara langsung. Ada tiga ciri utama jenis penilaian ini (Supratiknya, 2012), yaitu:
a.     Bersifat live atau on the spot, dalam arti bahwa penilaian dilakukan saat aneka tingkah laku, kinerja, atau demonstrasi itu sedang berlangsung.
b.    Menggunakan format jawaban terbuka, dalam arti murid diberikan kebebasan penuh dalam memberikan jawaban atau respon.
c.     Mengandalkan metode observasi atau pengamatan.
Selain itu karena jenis penilaian ini pada dasarnya mengandalkan metode observasi atau pengamatan, maka lazimnya dibedakan menjadi:
a.       Pengamatan terstruktur, dan
b.      Pengamatan tidak terstruktur atau lazim disebut pengamatan naturalistik..
Menurut (Supratiknya,2012) pengamatan terstruktur lazim dilaksanakan dengan bantuan teknik check-list atau daftar cek dan rating scales atau skala penilaian. Pengamatan naturalistik lazimnya dilaksanakan dengan bantuan teknik anecdotal records atau catatan anekdot yang bersifat insidental.
1.    Pengamatan terstruktur (daftar cek)
Dengan bantuan Daftar Cek. Daftar cek pada dasarnya merupakan daftar tingkah laku sebagai sasaran pengamatan, untuk mengecek apakah masing-masing tingkah laku yang tercantum dalam daftar muncul atau ditemukan (Tidak Ada atau Tidak) selama pengamatan berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dinyatakan dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom yang sesuai di belakang masing-masing tingkah laku. Maka, lazimnya format Daftar Cek akan berupa matriks yang terdiri atas minimal 4 kolom ( berisi nomor, bentuk tingkah laku, Ada/Ya, dan Tidak Ada/Tidak) dan baris-baris sebanyak jenis atau bentuk tingkah laku yang diharapkan muncul.
Contoh Daftar Cek : Tingkah Laku Di Kelas
Kelas               :
Nama Murid    :
Mata Pelajaran :
Nama Guru     :
No
Bentuk Tingkah Laku
Ya
Tidak
1
Memperhatikan penjelasan guru
V

2
Membuat catatan
V

3
Menyimak buku pelajaran
V

4
Mengajukan pertanyaan

V
5
Dsb



Arah atau isi masing-masing bentuk tingkah laku sebaiknya sama, sehingga item-item dalam Daftar Cek itu menjadi homogen atau tidak heterogen.
Jika item-item homogen, jika perlu setiap tanda cek di belakang masing-masing item atau bentuk tingkah laku pada kolom Ya bisa diberi skor 1, sedangkan setiap tanda cek pada kolom Tidak bisa diberi skor 0, sehingga jumlah skor pada kolom Ya bisa mencerminkan “kualitas” tingkah laku dikelas masing-masing siswa yang diamati.
Dengan bantuan Rating Scales atau Skala Penilaian. Format skala penilaian pada dasarnya mirip daftar cek. Bedanya, yang dinilai atau diamati bukan hanya ada atau tidaknya bentuk tingkah laku tertentu, melainkan jika ada seberapa tinggi kadarnya. Tinggi-rendah kadar tingkah laku itu bisa berkenaan dengan kualitas baik-buruknya (quality scale) atau bisa berkenaan dengan frekuensi atau jumlah kali kemunculannya (frequency scale).
            Contoh Skala Penilaian Kualitas
Kelas                           :
Nama Murid                :
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Nama Guru                 :
No
Bentuk Tingkah Laku
Baik
Sedang
Kurang
1
Ucapan dalam membaca



2
Kepekaan pada tanda baca dalam membaca



3
Kelancaran dalam membaca



4
Kejelasan pembedaan huruf besar dan kecil dalam menulis



5
Dsb




            Contoh Skala Penilaian Frekuensi
Kelas                           :
Nama Murid                :
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Nama Guru                 :
No
Bentuk Tingkah Laku
Sering
Jarang
Tidak Pernah
1
Keliru mengucapkan bunyi huruf dalam membaca



2
Keliru menafsirkan tanda baca dalam membaca



3
Mengulang-ulang kata atau kumpulan kata dalam membaca



4
Mengacaukan cara penulisan huruf besar dan kecil



5
Dsb




Seperti dalam daftar cek, arah atau isi masing-masing bentuk tingkah laku sebaiknya sama, sehingga item-item dalam skala penilaian baik penilaian kualitas maupun penilaian frekuensi menjadi homogen atau tidak heterogen. jika item-item homogen, jika perlu setiap tanda cek di belakang masing-masing item atau bentuk tingkah  laku pada masing-masing kolom bisa diberikan skor yang berlainan, misalnya untuk kedua contoh di atas sebagai berikut:
Baik                 =  2                                          Sering              = 2
Sedang            = 1                                           Jarang              = 1
Kurang            = 0                                           Tidak Pernah   = 0
Dengan diberi skor, jumlah total skor pada ketiga kolom bisa ditafsirkan mencerminkan “kualitas” kemampuan dalam pelajaran Bahasa Indonesia masing-masing siswa yang diamati. Misal , Bisa ditarik kesimpulan bahwa makin tinggi skor total seorang murid maka makin “baik” pula kemampuannya dalam pelajaran Bahasa Indonesia (pada contoh Skala Penilaian Kualitas), atau sebaliknya (pada contoh skala penilaian frekuensi). Namun, kesimpulan semacam ini tetap harus didasarkan pada pemeriksaan yang jeli terhadap isi masing-masing item atau bentuk tingkah lakunya, apakah semuanya memang bermakna positif alias baik, atau sebaliknya bermakna negatif atau buruk.

2.         Pengamatan naturalistik (anekdot)
Disini guru sebagai pengamat mengamati tingkah laku murid secara live atau on the spot , yaitu dalam situasi aktual atau nyata dengan hanya sedikit atau bahkan sama sekali tanpa campur tangan pengamat serta bebas dari berbagai faktor atau kendala eksternal. Salah satu teknik khas pengamatan naturalistik atau tidak terstruktur adalah anecdotal records atau catatan anekdot.
Catatan anekdot adalah deskripsi atau catatan rekaman tentang episode-episode atau peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam situasi natural alias wajar atau alamiah. Lazimnya pencatatan peristiwa ini difokuskan pada seseorang murid yang sedang menjadi perhatian guru, sehingga himpunan dari catatan-catatan anekdot semacam ini akan memberikan deskripsi atau gambaran tentang pola tingkah laku murid yang bersangkutan (Chatterji, 2003)
Mengutip pendapat Mehrens dan Lehman (1984), Chatterji (2003) menyatakan bahwa catatan anekdot yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Berupa deskripsi singkat peristiwa faktual
2.    Catatan tersebut tidak boleh mengandung inferensi atau kesimpulan, pendapat, atau penilaian dari pihak pengamat.
3.    Catatan tersebut harus berisi rekaman tentang critical incident atau kejadian penting terkait si murid.penentuan nilai penting atau kurang pentingnya suatu peristiwa ditentukan oleh tujuan pengamatan.
4.    Hanya sesudah memperoleh rekaman peristiwa dalam jumlah yang dipandang memadai, pengamat boleh membuat kesimpulan tentang adanya pola perilaku tertentu pada subjek yang menjadi sasaran pengamatan.




Contoh catatan anekdot
Kelas                       :
Nama Murid           : Bambang
Catatan ke              : 3
Tanggal                   : 18 Mei 1992
Waktu / Pukul         : 09.00
Tempat                    : di dalam kelas
Bambang terlambat masuk kelas selama 15 menit. Dia menjelaskan alasan keterlambatannya dengan mengatakan bahwa dia harus menunggu lama giliran mendapatkan pesanan makanan untuk sarapannya di kantin sekolah. Sesudah duduk, dia segera mengeluarkan buku dan alat tulisnya dan segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sesudah menyelesaikan 5 dari 8 soal matematika yang ditugaskan oleh guru, dia meletakkan kepalanya di atas meja. Dalam beberapa menit kemudian, dia tertidur.
Jelas kiranya, untuk bisa membuat sesuatu kesimpulan tentang diri Bambang guru membutuhkan tambahan hasil pengamatan yang jauh lebih banyak dan yang diperoleh dari berbagai situasi yang berbeda-beda pula.
C.      Kelebihan dan kelemahan Instrumen Evaluasi Tipe Pengamatan
Menurut (Masidjo,1995:hal.63-64) bahwa sebagai alat pengukur   non tes, observasi memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan tersebut meliputi :
(1) Beberapa kekuatan observasi antara lain:
-       Pemunculan gejala dan pencatatannya dapat dilakukan sekaligus oleh pengamat.
-       Dapat direkam atau dicatat berbagai tingkah laku siswa yang dibutuhkan.
-       Dalam pelaksanaan, pengamat tidak perlu menggunakan bahasa secara dominan dalam berkomunikasi dengan gejala-gejala yang diamati.
-       Hasil observasi dapat dipakai sebagai alat kontrol data yang diperoleh dengan teknik yang lain.
(2)   Beberapa kelemahan Observasi antara lain:
-       Pelaksanaan observasi banyak tergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya sehingga hasilnya kurang reliabel.
-       Tingkah laku sering tidak asli lagi, apabila yang diamati mengetahui bahwa tingkah lakunya sedang diamati.
-       Observasi tidak dapat mengungkap seluruh aspek tingkah laku, khususnya yang bersifat pribadi.
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tipe pengamatan secara keseluruhan, kemudian ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari daftar cek dan catatan anekdot. Kelebihan dan kekurangannya sebaga berikut :
Menurut (Masidjo,1995:hal.66) daftar cek memiliki kekuatan antara lain sangat supel untuk mengecek kemampuan yang tampak dalam berbagai tingkah laku hasil belajar dari berbagai mata pelajaran.
Sedangkan salah satu kelemahannya adalah bahwa mutu daftar cek sangat tergantung pada kejelasan pernyataan-pernyataan dalam daftar cek.
Kemudian kelemahan dan kekuatan catatan anekdot adalah:
a)     Kekuatan catatan anektoda
-       Anektoda yang tidak dapat diperoleh melalui pengukuran sistematis ini dapat mencatat peristiwa seketika yang berarti bagi perkembangan siswa.
-       Hasil pengamatan yang diperoleh bersifat asli dan objektif.
-       Dapat dipakai untuk memahami siswa dengan lebih tepat.
b)        Kelemahan catatan anektoda
-       Taraf reliabilitas catatan anektoda rendah.
-       Menuntut banyak waktu dan kesabaran dalam menanti munculnya suatu peristiwa, yang apabila muncul harus dicatat seketika. Hal ini dapat menggangu perhatian dan tugas guru yang sedang berjalan.
-       Apabila pencatatan tidak dilakukan seketika, objektivitas catatan bisa berkurang.
D.  Prinsip-Prinsip Pembuatan Instumen Evaluasi Tipe Pengamatan
Menurut (Sudjana ,1990: hal.86) langkah yang ditempuh untuk membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:
a.       Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru dikelas. Lalu catat kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajar sebagai segi-segi yang akan diamati nanti.
b.      Berdasarkan gambaran dari langkah (a) diatas, penilai menentukan segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-segi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya berdasarkan khazanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar. Rumusan tingkah laku tersebut harus jelas dan spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatnya.
c.       Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah bentuk bebas (tak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak) atau pedoman yang berstruktur (memakai kemungkinan jawaban). Bila dipakai bentuk yang berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator dan setiap jawaban yang disediakan sebagai pegangan bagi pengamat pada saat melakukan observasi nanti.
d.      Sebelum observasi dilaksanakan, diskusi dahulu pedoman observasi yang telah dibuat dengan calon observan agar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
e.       Bila ada hal khusus yang menarik, tetapi tidak ada dalam pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.

Di bawah ini dikemukakan contoh pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati partisipasi siswa dalam diskusi kelompok.

Aspek yang diamati
Hasil pengamatan
Keterangan
Tinggi
Sedang
Kurang
1.      Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
2.      Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
3.      Mengerjakan tugas yang diberikan
4.      Motivasi dalam mengerjakan tugas – tugas
5.      Toleransi dan mau menerima pendapat siswa lain
6.      Tanggung jawab sebagai anggota kelompok








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik pengamatan yang dilakukan secara langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat. Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu, memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati sangat di perlukan. Seorang pengamat harus memahami latar belakang dari pengamatan yang dilakukannya agar pengamatannya dapat berhasil sesuai dengan yang direncanakan. Maka dalam pengamatan atau observasi ada jenis-jenis observasi yang dapat digunakan dalam melakukan pengamatan.





















DAFTAR PUSTAKA

Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma (Halaman 43-49)
Masidjo, Ignasius. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius (Halaman 58-72)
Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya (Halaman 84-94)

0 komentar:

Posting Komentar

My Blog List

Text Widget

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Recent Comments

Blogger templates

Blogger news

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Popular Posts

Social Icons

About Me

Followers

Featured Posts